UNIVERSITY OF WISCONSIN-MADISON DENGAN BEASISWA LPDP: PERJALANAN PINDAH DARI UNIVERSITY OF AMSTERDAM
Hola, Scholarship Hunters!!
Setelah 9 tahun lamanya tidak membagikan cerita di blog ini, di tahun 2024 ini, saya kembali membagikan cerita perjuangan Beasiswa LPDP.
Seperti
sebuah ungkapan “jalan hidup orang siapa
tahu?” begitulah nikmatnya hidup ketika selalu dikejutkan dengan alur yang
tak terduga, yang kadang mungkin diharapkan dan yang tidak harapkan. Sama
halnya dengan saya yang masih tidak percaya akan selangkah lagi menuju Amerika,
salah satu negara yang tidak pernah terlintas bahwa saya akan pernah bisa
diterima studi Masters Degree di sana,
karena secara awam, melajutkan kuliah di sana membutuhkan persyaratan tidak
mudah dipenuhi.
Mungkin Scholarship
Hunters yang sudah membaca artikel saya sebelumya: Contoh ESSAY "RENCANA STUDI" Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), tahu tentang tujuan
universitas yang saya ajukan saat pendaftaran beasiswa LPDP adalah University of Amsterdam dengan jurusan Research Master’s in Cultural Analysis.
Persyaratan yang cukup tinggi, khususnya kemampuan Bahasa Inggris, untuk prospective international students pun ternyata
menghalangi saya untuk melanjutkan studi salah satu universitas terbaik di Negeri
Kincir Angin tersebut.
Sadar
dengan keterbatasan ini, saya pun terus mencari alternatif tujuan universitas
di luar negeri yang cocok dengan kualifikasi saya saat itu. Sudah hampir 2
tahun berlalu sejak 2015 di mana saya dinyatakan lulus beasiswa LPDP, di tahun
2017 saya belum mendapatkan universitas tujuan yang baru, yang disyaratkan oleh
Pihak LPDP untuk mengajukan perpindahan universitas, mengharuskan awardee
mendapatkan admission offer dari universitas yang setidaknya ada di 100
universitas terbaik di dunia dan mengharuskan universitas yang lebih baik dari
yang awalnya diajukan oleh awardee saat pendaftaran. Bisa dibayangkan, di tahun
2015 (jika tidak salah ingat),
University of Amsterdam sudah menduduki ranking ke 58 di dunia. Artinya, saya
harus mendapatkan universitas yang ranking-nya antara 1 – 58.
Sulitnya
mendapatkan universitas tujuan yang baru pun mempengaruhi antusiasme dan
confidence serta kapasitas saya, hingga saya akhirnya pun bertanya dalam hati:
apakah ini bukan jalan saya? Jika bukan jalan saya, kenapa sudah dibukakan
sejak awal? Apakah saya kurang berusaha?. Pertanyaan-pertanyaan ini pun terus terngiang
dalam pikiran saya, sembari terus mencari universitas tujuan yang baru. Titik
terendah saya adalah di mana saya pun mulai mencari universitas dalam negeri yang
kiranya cocok dengan jurusan yang saya tuju. Pernyataan sebelumnya bukan untuk menyatakan
bahwa universitas dalam negeri tidak baik, tetapi untuk menekankan pada “hampir”
hilangnya harapan saya untuk berusaha menempuh pendidikan di luar negeri dengan
tentunya pengalaman dan ilmu yang cukup berbeda dengan yang ada di dalam
negeri.
Di tengah ‘hopelessness’,
saya tetap meluangkan waktu untuk mencari universitas luar negeri dengan
harapan untuk ‘just a little miracle’. Menggunakan keywords pada google search engine yang selalu sama
dengan sebelumnya, yaitu “cultural
studies, cultural analysis, cultural anthropology”; dan hasil pencarian pun
selalu menampilkan websites
universitas yang sama, dan semuanya sudah pernah saya kunjungi dan pelajari
sebelumnya. Proses ini saya lakukan setiap hari, literally SETIAP HARI!!, baik
siang maupun malam.
Pada 3
Juli 2017, dini hari sekitar pukul 2a.m, saya mencoba kembali mencari
universitas dengan keyword yang sama, salah satu di antara keywords yang saya sebutkan
di atas, dengan menampilkan website Southeast Asian Studies University of
Wisconsin-Madison di salah satu hasil pencarian teratas. Saya pun membuka
website tersebut dan mempelajari jurusan tersebut yang menawarkan study Master of Arts dengan research, yang sesuai dengan research
interest saya. Saya pun kemudian mempelajari ranking universitas tersebut dan
menemukan University of Wisconsin-Madison (jika
tidak salah ingat) menempati ranking ke 53 di dunia. Segera pun saya
mencari potential academic supervisor untuk membicarakan minat dan keterarikan
riset saya, dan bertanya apakah cocok dan memenuhi persyaratan yang ada pada
program studi dan universitas tersebut. Saya pun memutuskan untuk mengirim
email kepada Dr. Mike saat itu juga, sekitar pukul 3 dini hari.
Sekitar 2 hari setelahnya, saya mendapatkan balasan email dari Dr. Mike, yang kemudian menguatkan kembali antusiasme dan confidence saya. Saya tidak pernah akan lupa bagaimana email tersebut kemudian sangat memotivasi saya untuk tetap melanjutkan studi ke luar negeri.
Dear Natanael,
Thank you for your very informative message below. We would be very interesting in your application to our MA in Southeast Asian Studies Program and I believe this program will definitely serve your stated goals and objectives for your study in the US.
..............................................................................................................................................
In the meantime, we wish you well and hope to hear from you again in the near future.
Best wishes, Mike
Setelah dimulainya komunikasi bersama dengan Dr. Mike itu, pendaftaran saya pada MA in Southeast Asian Studies University of Wisconsin-Madison pun diproses kurang lebih dalam satu minggu. Hingga, saya pun mendapatkan Letter of Acceptance (LOA). Saat itu, saya tidak menanggung biaya pendaftaran sama sekali, thanks to Dr. Mike and the Department!!
Pers. Archive: December 2019, UW-Madison |
Dari pengalaman ini, saya pun belajar bahwa kadang kita tidak bisa menebak jalan kita kedepannya. Kadang kita ditempatkan pada titik terendah, seperti saya pada saat itu, dan kemudian dengan kemauan yang terus mencoba dan berusaha, pasti akan ada saja jalan yang dibukakan untuk kita terus melangkah. Harapan saya, semoga Scholarship Hunters tetap berusaha, tidak menyerah dengan sekali atau dua kali, hingga berkali-kali tetap mencoba, karena dengan keyakinan, kita pasti secara tidak sadar akan terus berusaha untuk mencari jalan alternatif yang bahkan bisa lebih baik dari harapan dan ekspektasi kita.
Ps: Cerita terkait kuliah Master di UW-Madison Amerika akan dibagikan di lain kesempatan. Akan ada juga cerita mendapatkan Beasiswa Ph.D di Australia dan proses-prosesnya.
Comments
Post a Comment